Lingkungan YP2 pun tidak mau kalah dengan gerakan pembuatan Lubang Resapan Biopori yang marak dimana-mana. Kita punya 2 alatnya, tinggal apakah kita punya kepeduliannya? Tapi sebelumnya apa sih yang dimaksud dengan Biopori? Yuk kita tinjau bersama.
Lubang resapan biopori adalah lubang di tanah (berbentuk silindris dengan diameter 10 cm, dengan kedalaman 1 meter) yang berfungsi sebagai resapan air yang bertujuan mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air di dalam tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Untuk menambah kuatnya daya resap air oleh tanah, kita membuat lubang pada tanah dan menimbun/mengisinya dengan sampah-sampah organik seperti sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput yang bisa menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan dalam lubang ini kemudian akan menjadi makanan bagi fauna tanah, yang kemudian menciptakan pori-pori di dalam tanah sebagai jalannya air. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori.
Manfaat Biopori
Biopori memiliki segudang manfaat secara ekologi dan lingkungan, yaitu:
Lubang Resapan Biopori ala YP2
Hari Minggu, 26 April 2015 kami lingkungan YP2, mengawali pembuatan 4 lubang biopori ini di blok G. Dimotori oleh pak Bambang, dibantu oleh pak Edi, bu Tri, pak Dwi, pak Pam, pak Syl, pak Daniel, bu Fla, pak Daru, dan juga anak-anak Queen, Bagas, dan Gege kami pun memulai bergotong-royong mengerjakan biopori. Pada dasarnya alat ini mudah digunakan: tekan, putar, tarik keluar tanahnya, dan seterusnya sampai mencapai target kedalaman +/- 1 meter (80-100 cm). Menurut pak Dwi, yang saya temui usai pembuatan 3 lubang, cara efektif mengerjakan ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Biopori
Biopori memiliki segudang manfaat secara ekologi dan lingkungan, yaitu:
- memperluas bidang penyerapan air,
- sebagai penanganan limbah organik,
- meningkatkan kesehatan tanah.
Selain itu, biopori juga bermanfaat secara arsitektur lanskap karena itu metode ini digunakan sebagai pelengkap pertamanan di berbagai rumah mewah dan rumah minimalis yang menerapkan konsep rumah hijau dan ramah lingkungan. Biopori kini juga menjadi pelengkap penerapan kebijakan luas minimum ruang terbuka hijau di perkotaan. Sudah saatnya kita tidak lagi menutup lahan tanah pekarangan rumah kita dengan cor semen atau tegel atau bangunan baru, tapi mari kita peduli terhadap lingkungan hidup sekitar kita bahwa sangatlah penting untuk kita mempunyai area pekarangan rumah kita yang hijau dan subur. Tertutupnya resapan air di dalam tanah adalah salah satu faktor esensial yang menyebabkan banjir. Kita bisa bayangkan bawah di perkotaan, perumahan dan perkantoran yang tersusun rapat dan hampir kita tidak bisa melihat lahan hijau yang berfungsi sebagai resapan air. Bagi yang kehabisan lahan tanah di rumahnya, kita bisa melubangi cor semen / tegel yang ada, lalu menutupnya kembali setelah kita isi sampah organik.
Lubang Resapan Biopori ala YP2
Hari Minggu, 26 April 2015 kami lingkungan YP2, mengawali pembuatan 4 lubang biopori ini di blok G. Dimotori oleh pak Bambang, dibantu oleh pak Edi, bu Tri, pak Dwi, pak Pam, pak Syl, pak Daniel, bu Fla, pak Daru, dan juga anak-anak Queen, Bagas, dan Gege kami pun memulai bergotong-royong mengerjakan biopori. Pada dasarnya alat ini mudah digunakan: tekan, putar, tarik keluar tanahnya, dan seterusnya sampai mencapai target kedalaman +/- 1 meter (80-100 cm). Menurut pak Dwi, yang saya temui usai pembuatan 3 lubang, cara efektif mengerjakan ini adalah sebagai berikut:
- Satu orang mengoperasikan alat pembuat lubang biopori
- Satu orang membersihkan tanah yang diangkat/dikeluarkan dari lubang.
- Tekan (tidak perlu kuat) dan putar 4 kali,
- Tarik keluar (bila terlalu berat, bisa sambil diputar dengan arah yang sama - jangan berlawanan arah).
- Terus ulangi sampai mencapai kedalaman 80-100 cm atau kira-kira berjarak 10-20 cm dari tanah ke gagang ketika alat masuk di dalam tanah.
- Setelah lubang jadi, pasang pralon (kira-kira panjang 10 cm) di bagian atas lubang dengan tujuan agar lubang pada tanah tidak rusak/longsor/ambruk dan disarankan memperkuat area di sekeliling pralon dengan semen cor
- Lanjutkan dengan lubang kedua dan seterusnya, jarak antara lubang adalah 50-70 cm. Lama pembuatan 1 lubang adalah 10-15 menit tergantung orangnya.
Pesan khusus: pastikan fisik prima! Hati-hati cedera punggung & pinggang karena salah posisi menarik atau membungkuk.
Jaga jangan sampai plastik terjatuh masuk ke dalam lubang... hmm dan juga HP Anda :) |
Setelah selesai tutup lubang dengan tutup yang mudah dibuka tutup (jika isi sampah organik belum penuh). Jika sampah organik berpotensi menimbulkan bau, maka tambahkan sampah kering untuk menyumbat lubang resapan biopori tersebut. Kompos akan terbentuk dalam waktu sekitar 4 bulan atau bisa juga diambil di setiap akhir musim kemarau. Sebaiknya kompos diambil dan sampah organik diganti dengan yang baru untuk siklus berikutnya sekaligus melakukan maintenance pada lubang agar lubang resapan biopori dapat dipastikan tetap berfungsi dengan baik.
Jadi tunggu apalagi? Ayo kita sayangi dan lestarikan lingkungan hidup karena kegunaan Lubang Resapan Biopori bukan hanya untuk sekarang dan untuk kita pribadi, tapi juga untuk masyarakat sekitar kita dan anak cucu kita di masa mendatang. Tiada Syukur Tanpa Peduli (Tema Tahun Syukur).